Arsyad Indradi
1500
Haiku Indonesia
Tirai Hujan
Epilog : Diro Aritonang
Ilustrasi Cover :
Rooswandy Juniawan dan Joel Pangoe Rihingan.
Penerbit :
Kelompok Studi Sastra Banjarbaru
2016
Pelimbaian kata
Sejak awal tahun 2014 mengikuti menulis haiku. Dan
pada akhir tahun 2014 itu semua haiku dikumpulkan ada 1000 haiku ingin di
bukukan dengan judul “ Tirai Hujan “. Tetapi rencana ini diurungkan karena
haikunya terasa mentah, bahkan ada beberapa haiku “kigo” agak terabaikan,
sedangkan “kigo” wajib dalam haiku. Haiku yang sejumlah itu terus diedit dan pada
pertengahan tahun 2015 telah rampung. Pada pertengah tahun 2016 ada 500 haiku
yang telah ditulis dan ditambahkan pada 1000 haiku sehingga berjumlah 1500
haiku.
Dengan rasa syukur kepada Allah yang telah memberikan kesehatan, semangat, dengan tidak merasa lelah menghimpun dan mengedit antologi haiku Indonesia 1500 haiku
Tak lupa saya mengucapkan banyak terima kasih kepada sahabat batin saya Diro Aritonang, Kurniawan Junaedie, Irma Hutabarat, Beni Guntarman, Bambang Widiatmoko dan sahabat – sahabat batin lainnya yang telah memberi dukungan dan semangat kepada saya. Semoga Allah yang akan membalaskannya. Amin
Alhamdulillah.
Semoga buku haiku ini dapat bermanfaat baik untuk diri
saya sendiri maupun orang lain. Amin. Amin.
Arsyad Indradi
Banjarbaru, 20 April 2016.
Sebagai catatan tentang Haiku :
Apa Itu Haiku ?
: Arsyad Indradi
Haiku atau hokku
adalah puisi pendek dari Jepang
yang muncul di akhir zaman Muromachi, namun berkembang ketika memasuki zaman
kinsei (disebut juga sebagai zaman Pra Modern). Zaman ini dimulai pada tahun
1602 yakni, sejak shogun Tokugawa Ieyasu sebagai pemegang tampuk pemerintahan
memindahkan pusat pemerintahan ke Edo.
Pelopori haiku adalah Matsuo Basho (1644-1694), Onitsura (1661–1738),
Yosa Buson (1716–1783), Kobayashi Issa (1763–1827) dan lain – lain.
Puisi pendek yang bernama Haiku ini terdiri tiga baris menggunakan pola 5-7-5, yaitu : pada baris pertama 5 suku kata, baris kedua 7
suku kata dan baris ketiga 5 suku kata,
semua baris itu berjumlah 17 suku kata. Haiku ini merupakan haiku klasik, karena
ketat dengan ketentuan yang ada pada zaman itu. Haiku klasik ini tidak mengenal
judul. Di dalam haiku harus mengandung
kigo yaitu penanda musim/waktu dan kireji adalah kalimat penyimpul atau
pemotong ( kiru, kireji) di baris terakhir yang berfungsi mendefinisikan
hubungan kedua ide yang terdapat pada dua baris di atasnya. Kireji merupakan
penyempurna dari haiku tersebut.
Dalam perkembangannya, orang Jepang sendiri tidak
merasa puas dengan haiku klasik, karena, bahasa dan isi yang terkandung dalam
haiku tidak lagi sesuai dengan pesatnya perkembangan zaman. Banyak orang tidak lagi
mengikuti haiku klasik. Mereka mengganggap bahwa haiku klasik yang punya aturan
baku, terkesan kaku dan palsu. Mereka memilih dan mengikuti aliran Masaoka
Shiki (1867-1902) yang merupakan seorang pembaharu yang merevolusionerkan haiku
Jepang menjadi haiku modern.
Haiku mulai tersebar di seluruh dunia setelah
berakhirnya Perang Dunia Ke-2 yakni
pada awal abad ke 20. Dalam tahun 1905, sebuah antologi haiku dalam
bahasa Perancis telah terbit. Setelah itu, haiku
terus berkembang ke negera Eropa yang lain. Akhirnya ke Amerika Serikat, Brazil
dan tempat-tempat lain, di negeri-negeri Amerika Latin.
Haiku tradisional di Jepang ditulis dalam huruf Kanji, dalam satu baris
tegak lurus memanjang. Dalam hitungan 17 mora yaitu semacam suku kata. Tentu,
mora ini tidak harus sama dengan suku
kata dalam bahasa Inggris atau suku kata dalam bahasa Indonesia, karena
struktur gramatika yang berbeda.
Bagaimna haiku di Indonesia ?
Sesungguhnya haiku serupa dengan puisi mini, puisi
alit dan puisi pendek lainnya.
Hanya bedanya haiku mempunyai ketentuan terdiri dari
tiga baris, berpola 5-7-5, berjumlah 17 suku kata. Ada mengandung kigo dan
kireji.
Karena di Jepang ditulis dalam huruf kanji, dan
struktur gramatikanya tentu di Indonesia sesuai dengan huruf dan gramatikal Indoneia.
Perkembangan Haiku di Jepang begitu pesat, demikian juga
di negara-negara di dunia, tak luput di Indonesia. Haiku Indonesia
tentu saja haiku yang berjiwa Indonesia dengan kata lain.
haiku Indonesia, memiliki rasa bahasa keindonesiaan
dan beragam kebudayaan.
Haiku Indonesia
memotret suasana , situasi, peristiwa dan lain-lain, menuangkan berupa
sensasi pikiran, kias,daya imaji, metafora, kekuatan diksi, dan tidak harus membentuk kalimat di antara
barisnya ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar